Langsung ke konten utama

Benarkah kita mencintai Nabi ?


Tak disadari seringnya seorang gegabah mengaku telah mencintai Rasulullah SAW. namun tindakan, perkatan dan hatinya belum selayaknya disebut sebagai pecinta Rasulullah SAW. setidaknya ada tiga tanda seseorang bisa disebut sebagai orang yang mencintai Rasulullah SAW.

(1) Banyak menyebut namanya. 

Ketika seseorang mencintai sesuatu maka dia akan banyak menyebutnya. Konteks penyebutan dalam mencintai Rasulullah adalah membaca shalawat atasnya. bukankah Allah dan para malaikat senantiasa bershalawat atas Nabi ? sehingga itu Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk senantiasa membacakan shalawat atas beliu. (lihat QS. Al-Ahzab: 56). satu hal menarik adalah ketika Allah memerintahkan ummat Muhammad untuk membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW. Ini bukan berarti bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang membutuhkan shalawat. Akan tetapi perintah Allah untuk membacakan shalawat atas Nabi adalah murni untuk menampakkan keagungan dan kemulyaan Nabi SAW., dan memberikan ladang bagi ummat Muhammad mendapatkan pahala. Oleh sebab itu Nabi SAW bersabda: “barang siapa membaca shalawat atasku satu kali, maka Allah akan membacakan shalawat (meramati) atas orang itu sepuluh kali. (lihat Tafsir Al-Kabir, juz 25: 182, M.Syamilah). Dengan ini, nampak bahwa Nabi adalah kekasih Allah, manusia yang Allah cintai, dan kita layak untuk mencintainya, kita layak banyak menyebutnya, banyak membaca shalawat atasnya.

(2) Mengikuti Sunnah-sunnah beliau. 

Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul yang diutus Allah SWT dengan membawa syari'at, dan aturan. Bukankah setelah peristiwa Isra' mi'raj, Nabi mendapatkan perintah shalat lima waktu, dan perintah itu bukan hanya untuk beliau, namun juga untuk semua ummatnya ? namun ketika sesorang bermalas-malasan shalat, pantaskah dia disebut sebagai pecinta Rasul ? yang menghawatirkan adalah masuk dalam firman Allah:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (QS. An-Nisa: 142).

Bukanlah predikat pecinta yang didapat, namun lebell munafik yang melekat. Allah akan membiarkannya sampai saat waktu dan ditentukan, dan pada akhirnya siksa Allah sungguh pedih.
Nabi Muhammad adalah contoh yang layak diikuti. beliau adalah suritauladan terbaik (QS. Al-Ahzab:21), idola sepanjang masa. tak selayaknya seorang mengaku mencintai rasul, namun perkataan dan perbuatannya senantiasa menyakiti orang lain, membuat onar masyarakat dan membabi buta mementingkan diri sendiri. Bukankah Nabi diutus Allah adalah untu menyempurnakan akhlaq ?. maka mencintai Nabi berarti siap beradaptasi dan menjalankan akhlak terpuji.

(3) Rela berkorban. 

Pengorbanan adalah hal yang sudah selazimnya dilakukan oleh para pecinta. Orang tua yang mencintai anaknya akan selalu berkorban jiwa raganya untuk pertumbuhan, kebaikan dan kesejahteraan anak-anaknya. seorang cowok yang mencintai seorang cwek, maka ia akan segenap tenaga memperjuangkannya, rela berkorban apa saja demi mendapatkan cintanya. begitu juga orang yang mencintai Rasul, ia akan berani berkorban untuk kepentingan agamanya, baik dengan harta, tenaga, fikiran, dan lain sebagainya. Lalu pengorbanan apakah yang sudah kita lakukan untuk agama ini ?

Maka di akhir tulisan ini, yang muncula adalah pertanyaan besar, BENARKAH KITA telah MENCINTAI NABI SAW ?
#disarikandarisalahsatukhutbahjum'at, 25 November 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unek Unik

Diantara ribuan nadham yang terhimpun dalam Alfiyah ibnu Malik ada sebuah nadlom yang ingin Teidjo tulis di sini. yaitu: واجرر أوانصب تابع الذي انخفض # كمبتغي جاه ومال من نهض Satu bait diatas adalah salah satu bait yang terdapat dalam bab اعمال اسم الفاعل yang membahas bahwasannya isim fail itu bisa beramal seperti fi'ilnya. artinya jika fiil itu lazim maka bisa merafa'kan ma'mul marfu'nya (fail). dan ketika isim fail itu terjadi dari fiil muta'addi maka disamping merafakkan fail juga menashabkan maf'ul (ma'mul manshub). akan tetapi ma'mul manshub tersebut bisa juga dibaca jer menjadi mudhaf ilaihnya isim maf'ul tersebut. Nah, bait di atas menjelaskan bahwa ketika ada isim yang mengikuti ma'mul majrur (maf'ul yang menjadi mudhaf ilaih)nya isim fail, maka isim tersebut bisa wajah dua, yakni bisa nashab (mura'atan lil mahal) dan bisa jer (mura'atal lafdhi). sebagai mana contoh: مبتغي جاه ومال من نهض kurang lebih arti

Cintai Aku Karena Alloh

CakA ===== Sebut saja namaku Teidjo, Malam ni ku ingin bercerita tentang perasaanku kepada pembaca yang budiman tentang perasaan ini. Sob, malam ini yang kurassakan adalah sedih, kesepian dan benci pada dir sendiri. Kenapa demikian ? Hal ini terjadi akibat  ulahku sendiri yang tanpa berfikir panjang senantiasa menuruti hawa nafsu yang terbungkus rapi dalam balutan yang disebut cinta. Awalnya, dia yang hingga saat ini masih ku sayangi dan kurindukan sebagai kekasih, ku harapkan sebagai calon isteri, dan satu-satunya/gadis yang pertama  menjadi pacarku, mutusin aku. Ku maklumi keputusannya. Karena sebagai manusia biasa pun aku menyadari bahwa kata-kataku yang kuutarakan padanya akhir-akhir ini membuatnya merasa bersalah. Sebagai wanita baik-baik, yang gigih menjaga harga diri dan menjaga kehormatannya sebagai muslimah, ku rayu, ku bujuk dengan pernyataan-pernyataan cinta yang logis dengan sedikit menggombal hingga akhirnya dia luluh dan menerima cintaku dengan pernyatanny

MEMULYAKAN HARI KELAHIRAN NABI*

Bulan Robiul Awwal adalah bulan yang istimewa bagi ummat Islam. Karena di bulan itu seorang Rasul pembawa Risalah Islamiyyah yang menghantarkan ummat dari gelapnya jahiliyyah menuju peradaban Islam yang terang, Nabi Agung Muhammad SAW dilahirkan di dunia ini pada hari Senin tanggal 12 yang terkenal dengan tahun gajah. Banyak yang berselisih pendapat tentang pengagungannya dengan berbagai peringatan yang penulis sendiri ikuti bersemangat dalam hal ini. Pasalnya, di dalam al-Qur’an memang tidak secara jelas disebutkan perintah ataupun larangan untuk memperingati kelahiran beliau yang mulia ini. Namun secara tidak langsung al-Qur’an memerintahkan kita untuk melakukan hal itu , sebagaimana tertuang dalam Q.S. Yunus: 58: قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang merek