Diantara ribuan nadham yang terhimpun dalam Alfiyah ibnu Malik ada sebuah nadlom yang ingin Teidjo tulis di sini. yaitu:
واجرر أوانصب تابع الذي انخفض # كمبتغي جاه ومال من نهض
Satu bait diatas adalah salah satu bait yang terdapat dalam bab اعمال اسم الفاعل yang membahas bahwasannya isim fail itu bisa beramal seperti fi'ilnya. artinya jika fiil itu lazim maka bisa merafa'kan ma'mul marfu'nya (fail). dan ketika isim fail itu terjadi dari fiil muta'addi maka disamping merafakkan fail juga menashabkan maf'ul (ma'mul manshub). akan tetapi ma'mul manshub tersebut bisa juga dibaca jer menjadi mudhaf ilaihnya isim maf'ul tersebut. Nah, bait di atas menjelaskan bahwa ketika ada isim yang mengikuti ma'mul majrur (maf'ul yang menjadi mudhaf ilaih)nya isim fail, maka isim tersebut bisa wajah dua, yakni bisa nashab (mura'atan lil mahal) dan bisa jer (mura'atal lafdhi). sebagai mana contoh:
مبتغي جاه ومال من نهض
kurang lebih artinya seperti ini: Pencari kedudukan dan harta adalah orang yang (bangkit) semangatnya.
Kata yang di sorot dalam bait ini adalah kata مالا / مال yang bisa dibaca jer dan juga dibaca nashab. Namun yang menjadi maqshudul a'dhom Teidjodisini justru malah arti dari contoh dalam bait tersebut. Pengalaman dan pengamatan Teidjo seakan mengamini contoh di atas. betapa orang-orang yang memburu jabatan dan harta dunia adalah mereka mempunyai semangat luar biasa. sebagai contoh ketika menjelang pemilihan jabatan baik presiden, gubernur, bupati dan lurah, para calon akan mengerahkan seluruh tenaga dan fikirannya untuk menggapai tujuannya sebagai orang yang nomor satu di hari pemilihan rakyat nanti. Ada yang melakukan sosialisasi, blusukan, minta bon mbah dukun, bahkan tak segan-segan bagibagi uang kpada calon pemilih, demi kkedudukan yang menjadi impiannya.
Begitu juga mereka atau mungkin kita yang sedang semangat memburu rupiah baik itu karena kebutuhan menafkahi diri dan keluarga atau mencapai keinginan sesuatu yang mewah, maka tidak jarang tak perduli siang malam membanting tulang, memeras keringat untuk mencari uang. Bahkan ketika raganya sedang beristirahat, otak dan hatinya senantiasa berfikir bergemuruh bagaimana caranya mendapatkan kekayaan / keuntungan lebih banyak dan sebanyak -banyaknya.
Kedua hal diatas dapat kita bandingkan dengan pencari ilmu yang semngatnya naik turun. Banyak diantara mereka yang semangat tinggi jika ada hal-hal lain yang mendorongnya, seperti nilai (IPK) tinggi, suport pacar, diawasi guru/dosen/ortu/ingin cepat lulus dan dapat kerja dan sebagainya. Itupun tak sepenuhnya. Banyak juga kita lihat dalam pengerjaan tugas yang sering telat, ada juga yang nunggak (jatah presentasi malah gak hadir dengan berbagai alasan_misal) dan lain sebagainya. maka ketika penyemangat itu hilang/bermasalah, maka yang terjadi adalah mereka (atau mungkin termasuk kita) mudah sekali ng-down dan berat move on.
Namun jika semuanya (mencari ilmu, harta, maupun kedudukan) disandarkan betul karena Allah, niscaya sikap mereka para pencari akan senantiasa stabil. Mengutip sebagian ngendikane Gus Baha' (dalam sebuah pengajian tafsir di salah satu mp3), bahwa ikhlas merupakan cara berfikir lefel pertama. seorang yang ikhlas akan sadar betul bahwa semuanya milik Allah. mereka tidak akan merasa memiliki, namun yang ada hanyalah merasa dititipi dan diamanati. maka semuanya akan ditasharufkan sebenar-benarnya di jalan Allah.
Kalupun berilmu akan diamalakan dengan benar, kepintarannya bukan untuk memintari (menipu/ngakali), namun untuk kemanfaatna pribadi dan orang lain, kekayaannya bukan untuk kesombongan dan bermewah-mewahan namun ditasharufkan dijalan Allah dan dibagikan kepada yang berhak lainnya, dan kekuasaannya akan dijalankan dengan penuh amanah, keadilan dan tanggung jawab.
Demikian sedikit "unek unik" yang alhamdulillah dapat diungkap oleh Teidjo. Jikapun oleh sidang pembaca dapat dituai manfaat, semuanya dari Allah. Namun jika ditemukan salah, khilaf atau sesuatu yang mengundang perdebatan, silahkan teman-teman berkomentar, mengoreksi, dan penulis mohon maaf.
Komentar
Posting Komentar