Bulan Robiul Awwal adalah bulan yang istimewa bagi ummat Islam. Karena di
bulan itu seorang Rasul pembawa Risalah Islamiyyah yang menghantarkan ummat
dari gelapnya jahiliyyah menuju peradaban Islam yang terang, Nabi Agung Muhammad
SAW dilahirkan di dunia ini pada hari Senin tanggal 12 yang terkenal dengan
tahun gajah. Banyak yang berselisih pendapat tentang pengagungannya dengan
berbagai peringatan yang penulis sendiri ikuti bersemangat dalam hal ini.
Pasalnya, di dalam al-Qur’an memang tidak secara jelas disebutkan perintah
ataupun larangan untuk memperingati kelahiran beliau yang mulia ini.
Namun
secara tidak langsung al-Qur’an memerintahkan kita untuk melakukan hal itu, sebagaimana tertuang dalam Q.S. Yunus: 58:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ
فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
Dalam sebuah kajian tentang Maulid Nabi dalam majalah Hafara edisi IV/1434/vol 4, Bapak Ust.
Edi Bahtiar, M.Ag., salah satu mudarris di Madrasah Diniyyah Darul Ulum
Kudus, menjelaskan bahwa Abu
Syaikh mengeluarkan riwayat dari Ibnu
Abbas tentang tafsir ayat ini, yaitu:
yang dimaksud dengan fadhlillah (karunia Allah) di sini adalah ilmu dan yang dimaksud dari
rahmat Allah adalah Nabi Muhammad saw. (al-Hafizh Al-Suyuti, al-Durr al-Mantsur:
4/364). penafsiran serupa dapat pula kita jumpai di
kitab Ruhul Ma’ani: 10/141, Tafsir Abi Su’ud: 4/156, Tafsir Kabir: 18/123. Tanpa menafikan penafsiran yang lain,
seperti menafsiri makna rahmat dengan al-Qur’an, Iman, Islam, atau yang
lainnya, karena memang rahmat Allah sangat luas dan rahmat terbesar bagi kita
adalah Nabi Muhammad Saw. karena beliau adalah rahmat seluruh alam.
Sedangkan dalil yang bersumber
dari hadits yaitu riwayat
dari Ibnu Abbas sebagai berikut:
Dari Ibnu
Abas bahwa Rasulullah datang ke Madinah
dan menemukan kaum Yahudi sedang berpuasa hari Asyura, maka Nabi bertanya
kepada mereka:" Hari apa ini yang Engkau puasai?" mereka
menjawab: "Ini adalah hari besar, hari Allah menyelamatkan Musa dan
kaumnya dan menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya kemudian Musa mempuasai hari
tersebut karena rasa syukur, maka kamipun ikut berpuasa". Maka Nabi
saw. Bersabda,"Kami lebih berhak dan lebih utama
terhadap Musa as. dari pada kalian, kemudian Nabi berpuasa dan memerintahkan
untuk berpusa pada hari tersebut (Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari:
2/ 704)
Al-Hafizh Ibnu Hajar
al-Asqalani mengatakan: “Hadis ini menjelaskan tentang sikap syukur kepada
Allah atas anugerah yang telah Dia berikan pada hari tertentu berupa pemberian
nikmat atau dihindarkan dari bahaya, dan syukur tersebut diulang setiap tahun
pada hari yang sama dan syukur kepada Allah dapat dilakukan dengan macam-macam
ibadah seperti sujud, puasa, sedekah, membaca al-Qur’an. Nikmat mana yang lebih besar dari nikmat adanya
Nabi Muhammad, Nabi rahmat li al-‘alamin?".
Kemudian Ibnu Hajar menjadikan hadis ini sebagai dalil dianjurkannya
perayaan maulid Nabi.(al-Suyuthi, al-Hawi Li al-fatawa: 2/196).
Para ulama ilmu hadis, seperti
Imam Bukhari, Ibnu Hajar, Ibnu Katsir, al-Baihaqi, al-Baghawiy, Imam Shan'ani
dan yang lainnya dalam kitab-kitab hadis
dan sirah yang mereka tulis menyebutakan bahwa Sahabat Abbas bin Abdil
Muthalib bermimpi bertemu Abu Lahab yang telah wafat, dan Sahabat Abbas
bertanya tentang keadaannya, Abu Lahab menjawab: bahwa dirinya terus disiksa di
kubur, tapi untuk hari senin siksanya diringankan disebabkan dia sewaktu hidup
pernah memerdekakan budak karena bahagia waktu Nabi Saw. lahir. (Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai bahwa cerita ini dapat menjadi hujjah
menurut ilmu hadis, lihat Sayyid Muhammad al-Maliki, Mafahim Yajibu an
Tushahhah: 252).
Bagaimana seorang kafir dengan rasa gembiranya atas kelahiran beliau bias
mendapatkan syafaatdengan diringankannya siksa, apa lagi kita ummat islam yang
mengikuti ajaran beliau, perjuangan beliau, bergembira, memperigati hari
keahiran beliau dengan berkumpul bersama, bersholawat bersama, membaca dan
mengenang perjuangan, menyebut-nyebut kebaikan, budi baik beliau, bersedekah
dianggapnya sebagian dari mereka sebagai amalan yang sesat dalam Islam, karena
tidak ada pada zaman Nabi.
Sudah sepantasnya
beliau dimulyakan karena beliau memang mulya. Beliau adalah manusia yang
memiliki begitu banyak keistimewaan. Mulai dari diciptakan nur-nya,
keberadaannya di muka bumi, hingga kelak nanti di hari kiamat, Muhammad selalu
membawa dampak luar biasa bagi seluruh kehidupan.
Diantara keistimewaannya adalah beliau selalu menjadi problem solver.
Sejak di zaman azali, Muhammad telah menjadi solusi atas permasalahan yang
menimpa Adam as. Nama Agung Muhammad
Saw yang tertera di pintu surga dengan rangkaian لااله
الاالله محمد رسول الله, dijadikan
wasilah Nabiyyullah Adam As untuk meminta ampun kepada Allah Swt. Sehingga dari
wasilah itu Allah berkenan mengampuni dosa Adam As.
Dalam hal ini, para Ulama’ ahli
hikmah menuturkan, “Disayogyakan menulis kalimah لااله الاالله محمد رسول الله di pintu-pintu rumah, sebagai bentuk tafa’ulan atau ngalab
berkah dengan asma beliau yang agung. “
Namun sayang, yang banyak kita temui sekarang bukannya tulisan لااله الاالله محمد رسول الله yang berada di pintu-pintu rumah, akan tetapi gantungan kupat
dan lepet menghiasi rumah saat
momen lebaran berlangsung. Yang terjadi bukan tambah berkah, namun mubadzir
karena makanan-makanan tersebut basi dan tidak dimakan.
Muhammad sebagai Problem solver juga terjadi ketika Muhammad berada di
dalam kandungan Ibunya. Beliau tidak pernah menyusahkan ibunya. Tidak seperti
halnya kandungan lain yang membuat para ibu mual, letih, eneg dan lain
sebagainya. Diterangkan dalam Simtud Duror, حملته
حملا خفيفا, Ibunya
mengandung beliau dengan kandungan yang tidak memberatkan, tidak seperti wanita
hamil pada umumnya.
Bahkan Sayyidah Aminah tidak merasakan hamil sebelum diberitahu dalam mimpinya. Dikisahkan dalam al-Barzanji.
وأوتيت أمه
فى المنام فقيل لها إنك قد حملت بسيد العالمين وخير البرية وسميه إذاوضعته
محمدا لأنه ستحدعقباه
“Ketika
Aminah sedang tidur, dia bermimpi lalu dikatakan kepadanya, “Wahai Aminah,
sesungguhnya engkau telah mengandung penghulu seluruh alam dari sebaik-baik
makhluk, dan apabila engkau telah melahirkannya namakanlah ia ‘Muhammad’ karena
dia akan dipuji kesudahannya”.
Sang problem solver-pun berlanjut saat beliau hadir di muka bumi.
Muhammad berhasil mengatasi masalah atas derita ekonomi yang menimpa Halimah
as-Sa’diyyah. Pada saat itu halimah sangat miskin dan kurang harta. Sebagai
seorang buruh menyusui, saat itu ia mengalami sepi pelanggan. Kesana
kemari mencari bayi untuk disusui dengan harapan mendapatkan upah, tetapi tak
kunjung juga menuai hasil. karena kemiskinannya, Orang-orang yang mempunyai
bayi enggan menyusukan bayinya kepada Halimah. Namun setelah bertemu denga
Muhammad kecil, seketika itu ia jatuh hati , bahkan ia rela menyusui tanpa
diberi upah.
Tidak hanya itu, kehadiran Muhammad telah mampu merubah kehidupan
Halimah. Halimah yang tadinya miskin, kini mulai terjamin kesejahteraannya.
Mayarakat sekitar yang melihat perubahan drastis Halimah-pun heran dengan
perkembangan ekonomi Halimah. Bagaimana mungkin, dengan waktu sesingkat itu,
Halimah menjadi wanita terpandang di kampungnya. Sehingga banyak dari
masyarakat arab mendatangi rumah Halimah untuk ngalap berkah terhadap
bocah yang bernama Muhammad
Dikisahkan, suatu ketika kemarau panjang menimpa masyarakat arab.
Orang-orang sangat membutuhkan hujan untuk kebutuhan keseharian dan pengairan.
Merekapun berdoa dengan harapan hujan cepat turun, namun belum juga hujan
turun. Akhirnya pembesar suku setempat meminta ijin kepada Halimah agar bayi
yang diasuhnya itu diajak berdoa dan dijadikan wasilah saat mereka meminta hujan.
Benar saja, setelah selesai berdo’a bersama para pembesar-pembesar mereka dan
Muhammad sebagai perantaranya, seketika itu langit dipenuhi mendung, yang tidak
lama kemudian turunlah hujan dengan lebatnya.
Kisah Muhammad sebagai problem solver, sang pemecah masalah, berlanjut
ketika Muhammad menginjak dewasa. Saat itu, perselisihan antar suku arab dalam
meletakkan hajar aswad menuai jalan buntu.
Dalam al-Barzanji diterangkan bahwa, ketika Nabi berumur 35 tahun kaum Quraisy membina Ka’bah karena
pecah akibat banjir bandang. Ketika pembangunan akan selesai dan akan memasang
hajar aswad, para pembesar suku arab berselisih tentang siapa yang akan
memasangnya. Semua kabilah mengklaim bahwa dirinyalah yang berhak meletakkan
hajar aswad pada tempatnya. Hampir saja mereka berperang karena tak menemukan
jalan tengah .
Akhirnya perselisihan itu dapat teratasi dengan jalan musyawaroh yang
menghasilkan putusan tersepakati, bahwa orang yang yang diserahi untuk
meletakkan hajar aswad adalah siapa saja yang lebih dahulu masuk dari tirai
juru kunci ka’bah, itulah yang berhak mengangkat dan mengatur peletakan hajar
aswad. Ternyata Muhammad-lah yang mula sekali memasukinya. Akhirnya mereka
berucap, “Inilah orang yang dipercaya, kami terima dan kami rela orang ini
(Muhammad) yang memasang hajar aswad”.
Akhirnya, semua kabilah suku yang berseteru sepakat jika Muhammad-lah
yang berhak memasang hajar aswad. Bahkan mereka merasa senang manakala Muhammad
yang memutuskan dan mengaturnya.
Dengan kebesaran jiwanya, Muhammad meletakkan hajar aswad pada selembar
kain, kemudian para pemimpin kabilah diajak bersama-sama untuk ikut andil dalam
peletakan batu mulia tersebut. Ada empat pojok yang masing masing dipegang oleh
Uthbah bin Rabi’ah di pojok pertama, Zam’ah di pojok kedua, Abu Khudzaifah di
pojok ke tiga dan yang terakhir Qais bin Adiy. Keempat pembesar itu di komando
langsung oleh Muhammad untuk bersama-sama mengangkat sampai pada tempatnya.
Setelah itu barulah Muhammad yang meletakkan hajar aswad dari kain tersebut dan
memasangnya di Ka’bah. Semuanya puas dan senang akan kebesaran jiwa Muhammad
yang melerai perpecahan serta memberi solusi diantara mereka.
Kebesaran nama Muhammad sebagai sang penengah masalah berlanjut hingga
hari kiamat kelak. Di saat manusia sibuk mencari pertolongan dari belenggu
siksa yang siap menimpanya, Muhammad hadir sebagai sang problem solver. Di saat
seluruh manusia mencari pertolongan kepada seluruh nabi, para nabi-pun
menyarankan untuk menemui Muhammad sebagai manusia satu-satunya yang dapat memberi
pertolongan dari dahsyatnya siksa. Dengan izin Allah, Rosulullah Muhammad Saw
pun memberikan syafaatnya kepada sekian banyak umatnya yang berhak
mendapatkannya.
Begitulah Rasulullah Muhammad sebagai manusia luar biasa yang menjadi
problem solver, sejak zaman belum dilahirkan, akan dilahirkan, sampai setelah
manusia dihidupkan kembali pasca kematian di hari kiamat. Sungguh orang tiada
beradab yang menganggap Nabi sebagai manusia biasa, atau malah mengatakan
beliau sebagai tukang sya’ir, tukang sihir, ahli nujum dan sebagainya yang tak
pantas bagi beliau. Sebagaimana perkataan orang-orang kafir, Na’udzu
biLLaahi min dzaalik.
*Disarikan dari majalah Hafara
edisi IV/1434/vol 4
Komentar
Posting Komentar