CakA
=====
Sebut saja namaku Teidjo,Malam ni ku ingin bercerita tentang perasaanku kepada pembaca yang budiman tentang perasaan ini.
Sob, malam ini yang kurassakan adalah sedih, kesepian dan benci pada dir sendiri. Kenapa demikian ? Hal ini terjadi akibat ulahku sendiri yang tanpa berfikir panjang senantiasa menuruti hawa nafsu yang terbungkus rapi dalam balutan yang disebut cinta.
Awalnya, dia yang hingga saat ini masih ku sayangi dan kurindukan sebagai kekasih, ku harapkan sebagai calon isteri, dan satu-satunya/gadis yang pertama menjadi pacarku, mutusin aku. Ku maklumi keputusannya. Karena sebagai manusia biasa pun aku menyadari bahwa kata-kataku yang kuutarakan padanya akhir-akhir ini membuatnya merasa bersalah.
Sebagai wanita baik-baik, yang gigih menjaga harga diri dan menjaga kehormatannya sebagai muslimah, ku rayu, ku bujuk dengan pernyataan-pernyataan cinta yang logis dengan sedikit menggombal hingga akhirnya dia luluh dan menerima cintaku dengan pernyatannya bahwa dia juga mendambakan suami seperti aku. Kita pun pacaran, dengan sms-an, sesekali ketemuan di laborat atau di perpustakaan. Cukup membuat kami senang sebagai insan yang sedang kasmaran. Kebutuhan kami seakan terpenuhi, bisa bersanding dengan orang yang kita cintai, kita sayangi, bisa saling memberi, menasehati, memberi semangat, dan mendengarkan keluhan hati yang kita alami dan rasakan.
Namun di sisi lain, sebagai insan yang sedang belajar di perguruan tinggi Islam dan bahkan berpredikat sebagai santri akhirnya sadar, bahwa pacaran adalah bagian dari larangan agama. Pacaran itu termasuk mendekatkan diri pada perzinaan. Bahkan dengan pacaran saja sebetulnya kita sudah berzina. Dengan sms-an yang kadang sayang-sayangan atau kadang menjurus pada obrolan intim, semisal pelukan, ciuman dan seterusnya, tak dapat dipungkiri hal itu dapat menggugah birahi meski kita berjauhan. Dan ini masuk pada zina hati. Belom lagi ketika kita kholwat/berduaan, saling adu pandang kemesraan, meskipun dengan dalih diskusi, mencurahkan isi hati yang menjadi permasalahan pribadi dengan harapan dipertemuan itu mendapatkan solusi atau hanya sekedar luapan emosi agar hilang beban di hati, namun saat itulah kami masuk dalam perangkap setan.
Kedurhakaan apa sajakah yang terjadi saat itu ? Ya, kita sudah zina mata, kita sudah kholwat, dan saat itu pula tanpa terasa kita sudah ghibah.
Berontaknya hati atas kemenangan nafsu yang sudah terbaca oleh akal ini belum saja menggerakkan jiwa ini untuk benar-benar perang. Kami masih sms-an, sayang-sayangan, dan seterusnya, hingga efek negatifpun tak dapat dielakkan lagi. Meskipun alhamdu lillah kita belom sampai kontak fisik; seperti pegangan, gandengan, pelukan, atau ciuman. Namun, keadaan ini sudah memporak-porandakan tatan hati dan jiwa yang sedang meniti jalan tholabul ilmi dan ta'abud ilaLLohi.
Kemalasan menjalankan perintah-perintahNya, gelapnya fikiran, sesak di dada, dan sulit mencerna perkuliahan atau pengajian telah ku rasakan. Senang ? za senang. Semangat ? za semangat, namun apa yang didapatkan. Bukti nyata yang ku akui.
Curhat-curhatan terus berlanjut. Kali ini mengurai tentang kesalahan-kesalah yang kita lakukan. Hingga antara kami saling menyalahkan diri sendiri. Ada titik keindahan yang patut disyukuri di sini. Kami rebutan salah untuk kebaikan hubungan kami. Lebih dari itu rebutan salah dan mengakui kesalahan sebagai hamba iLahi.
Harapan kami, semoga tobat kami diterima sebagai insan yang saling mencintai. Berharap nanti kita dipertemukan di keadaan yang lebih baik dari ini, halal, dan benar-benar bersama-sama mengabdikan diri sebagai sepasang insan yang saling mencinta karenaNya di bawah naungan ridloNya.
Sakit, perih, itulah yang masih kurasakan malam ini
Dia ku kira tak jauh beda dengan aku. Ku simpan kagumku untuknya. Dia adalah wanita yang kuat, tidak crewet, tak gampang mengeluh, dan berpegang pada komitmen.
Komentar
Posting Komentar